reisumut.com
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar memberikan dorongan baru bagi usaha di sektor properti, yakni maraknya pengembang yang membangun rumah murah.
Direktur Utama PT Jababeka Tbk., Setyono Djuandi Darmono mengatakan saat seperti ini lebih baik developer melakukan pembangunan produk-produk properti yang mayoritas menggunakan bahan baku lokal seperti rumah murah, pergudangan, dan pabrik.
“Bila banyak menggunakan bahan impor, pengembang semakin tergencet. Apalagi pasar di segmen atas masih belum kuat,” tuturnya setelah acara konferensi pers Pameran Perdangan Pengusaha Taiwan di Jakarta, Senin (24/8/2015).
Menurut Setyono, pengembang harus gesit dalam melihat peluang yang ada. Misalnya, ada pergeseran prospek penggarapan proyek mewah kepada properti kelas menengah-bawah dan kelas bawah.
Dia pun mengatakan ada empat hal yang perlu dilakukan pengusaha properti dalam situasi pelemahan ekonomi secara nasional ini.
Pertama, menjaga aliran masuk dan keluarnya uang perusahaan atau cash flow.
Kedua, harus berinovasi dalam membuat produk baru yang pasarnya ada, misalnya rumah murah. “Itu gak ada habisnya ,” imbuhnya.
Kemudian, dua hal penting selanjutnya yang perlu diperhatikan pengusaha ialah terus bekerja keras dan melakukan penghematan.
Jababeka sendiri dalam melakukan pengembangan menanamkan konsep fully integrated township. Artinya, dalam satu area terdapat beragam properti seperti kawasan industri, perumahan, golf, pusat hiburan, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.
Menurut Darmono, adanya diversifikasi usaha memberikan keuntungan karena perusahaan tidak hanya menggantungkan pendapatan pada satu bidang.
“Jadi ada gejolak di satu segmen, kita masih punya yang lain. Listrik kita sudah bagus penjualannya, karena listrik pasti jual terus, kemudian air, keamanan, rumah sakit, dan pendidikan. Diversifikasi usaha itu bagus,” pungkasnya.
Sumber: http://properti.bisnis.com
