Medan - reisumut.com
Akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh
Bank Mandiri menimbulkan reaksi tidak hanya ribuan pegawai BTN yang berdemo
menolak akuisisi, tetapi juga pelaku-pelaku bisnis properti atau pengembang.
Tomi Wistan, mantan ketua DPP Real Estate Indonesia
(REI) Sumut yang kini menjabat Wakil Sekjen DPP REI mengatakan, BTN belum
saatnya diakuisisi, apalagi bank ini dalam kondisi yang sehat.
Menurutnya, bank yang memang dilahirkan untuk
pembiayaan sektor perumahan ini akan berbeda ketika sudah menjadi anak
perusahaan Bank Mandiri. Kredit pemilikan rumah (KPR) dianggap akan semakin
sulit.
"Hampir semua bank memang ada kredit
pembiayaan perumahan, tetapi tidak seperti BTN yang banyak menyalurkan kredit
untuk rumah murah. 99 persen pembiayaan kredit perumahan murah disalurkan oleh
BTN," ujar Tomi. Sisa 1 persennya diambil oleh bank-bank komersil.
Jika BTN yang diakuisisi Mandiri yang merupakan
bank komersial bukan ritel, menurutnya akan menghasilkan produk yang berbeda
pula karena visi dan misi yang berbeda. Tomi tidak yakin Bank Mandiri bisa
memberi jaminan servis yang sama dengan BTN.
Bukan hanya soal penyaluran kreditnya yang
dikhawatirkan Tomi, melainkan juga pelayanan yang tidak maksimal sebab Sumber
Daya Manusia (SDM) akan berkurang karena efisiensi.
Dampak yang lebih jauh, dikatakannya, akan semakin
sedikit pengembang yang bermain di perumahan murah untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Bagaimanapun pengembang itu kan memperhatikan
cash flow. Kalau nantinya BTN tidak lagi seperti sekarang, saya khawatir
pengembang memilih bisnis perumahan komersial. Kalau sudah begitu, perumahan
murah akan semakin sedikit," katanya.
Dampak yang lebih luas, selain semakin sulit
memiliki rumah adalah semakin sedikitnya lapangan pekerjaan. "Kalau alasan
Pak Dahlan akuisisi ini untuk membesarkan BTN, kok tidak disuntik saja.
Diakuisisi Bank Mandiri bukan membesarkan BTN, tetapi membesarkan Bank
Mandiri," ujarnya.
Namun, hingga saat ini dikatakannya, REI belum memiliki
rencana dan program jika akuisisi ini benar terjadi. Pihaknya masih mensupport
apa yang dilakukan pegawai Bank BTN.
Pendapat berbeda disampaikan M Ishak, Pengamat
Ekonomi Sumut mengatakan, sebenarnya akuisisi tersebut tidak menjadi masalah
terutama untuk nasabah BTN yang kini dan seterusnya.
"Itu kan hanya soal manajemen. Bukan berarti
jika BTN bergabung dengan Mandiri, pembiayaan perumahaannya akan seperti Bank
Mandiri," tuturnya.
Menurutnya, penolakan hingga aksi unjuk rasa hanya
karena kepentingan beberapa pihak yang terkena imbas akuisisi karena akan ada
biaya atau kalkulasi penggabungan keduanya.
"Saya sih melihatnya sederhana saja. Ketika
dua perusahaan digabungkan, pasti ada yang hilang atau efisiensi. Kita jangan
terjebak pada hal-hal yang tidak urgent," ujarnya. (TRIBUNNEWS)